- Back to Home »
- Terkadang Cinta Datang Tanpa Terduga Bagian 1
Senin, 08 Mei 2017
Terkadang Cinta Datang
Tanpa Terduga
Matahari
mulai terbit dari timur menandakan pagi hari hari telah tiba, jam beaker pun
berbunyi tapi tak tau kenapa kebiasaanku malas bangun pagi. Beberapa saat
biasanya pasti terdengar suara yang menggelegar seperti tiupan terompet
sangkakala milik malaikat israfil. Itu adalah teriakan ibuku, segera ku bangun
dan diam beberapa menit seakan sedang mengumpulkan jiwaku yang terbang
kemana-mana.
Setelah
memakai seragam aku turun ke bawah dan menyapa ayah dan ibu yang sedang sarapan
serta adikku yang masih duduk dibangku smp, nama adikku adalah Nina. Nina
adalah gadis manja, cerewet, dan bawel akan tetapi prestasi Nina tak perlu
diragukan dia seringkali menjuarai kompetisi tingkat sekolah dan kota saat
mewakili sekolahnya. Sampai lupa, aku sendiri belum memperkenalkan diri nama ku
Dina, nama panjangku Dina Anastasia walaupun sebenarnya aku terkadang bingung
nama belakang ku Anastasia diambil dari mana. Kata ibu sih nama Anastasia itu
berasal dari bahasa perancis, tapi ketika aku bertanya artinya ibu hanya
menggelengkan kepala lalu menjawab “ibu tidak tau artinya tapi ibu suka dengan
nama itu”. Seperti biasa, ketika telah sarapan ayah mengantar aku dan Nina ke
sekolah kami masing-masing.
Sekolah
adalah tempat menyenangkan karena sebagian besar waktuku habis untuk sekolah.
Di sekolah aku punya beberapa teman akrab yaitu Felish, Maria, dan Sarah. Saat
tiba disekolah, aku bergegas keluar dari mobil dan mencium pipi ayah lalu masuk
kedalam sekolah. Dan sama seperti hari-hari biasanya banyak lelaki disekolah
yang langsung menatapku dan melontarkan senyum kepadaku. Tiba-tiba Maria
mengagetkan ku, lalu dia berkata “wih, princes di liatin para penggemarnya
nih”. Aku pun membalasnya “hahaha, princes dari hongkong.”. kami berdua tertawa
terbahak-bahak dan tanpa kami sadari kami telah sampai didalam kelas, Felish
dan Sarah rupanya telah datang lebih dulu ketimbang kami. Bel masuk mulai
berbunyi dan para siswa telah duduk dikursinya maing-masing untuk memulai
pelajaran.
Waktu
istirahat telah tiba dan ini adalah waktu yang ku sukai, Aku, Felish, dan Maria
langsung pergi ke kantin sedangkan Sarah pergi kekantor guru karena tadi dia
dipanggil melalui microfone kantor. Setelah memesan makanan kami duduk ditempat
biasa. Tidak tahu muncul dari mana dua
lelaki yang ikut makan di meja kami. Rupanya mereka adalah Arya dan Tito.
Arya: hay,
sorry ganggu. Boleh gabung yaa makan
disini ?
Maria dan
Felish lalu menjawab serentak : Boleh kok.
Tito: Wah,
makasih yaa karena udah boleh gabung.
Arya: iya
makasih yaa.
Aku: iya.
Sama-sama.
Percakapan
terus berlanjut, dan aku sih tahu bahwa percakapan ini hanya basa-basi biasa.
Dan pada akhirnya tujuan mereka adalah mengajak kami jalan atau lebih tepat
mengajak diriku tapi sebagai topeng mereka juga mengajak teman-temanku. Aku
sudah seringkali melihat trik ini, karena sudah terlalu banyak yang menggunakan
modus seperti ini untuk mendekatiku. Dan rupanya prediksi ku benar, padahal
rasanya aku ingin menolak ajakan jalan itu tapi aku tahu jika aku menolak, Tito
dan Arya pasti akan membatalkan ajakan itu, dan pasti teman-teman ku akan
kecewa terlebih lagi si Felish dia sudah memendam rasa pada Arya. Ketika
pertandingan basket bulan lalu Arya dan Tito serta kawan-kawannya
Melakukan
pertandingan antar sekolah, dan sekolah kami menang. Sesaat sebelum wasit
meniup peluit berakhirnya pertandingan Arya berhasil memasukan bola ke dalam
ring lawan lalu dia melemparkan ciuman kearah ku akan tetapi karena Felish
duduk di depanku jadi ia beranggapan bahwa iyalah yang mendapat ciuman itu. Dan
kesalahpahaman terus berlanjut hingga saat ini, aku tak tega harus mengatakan
yang sejujurnya pada Felish.
Malam
minggu telah tiba, malam dimana aku dan teman-teman ku diajak keluar oleh Arya
dan Tito. Kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di kafe dekat pantai. Canda
dan tawa menghiasi malam kami saat tiba-tiba Arya mengeluarkan setangkai bunga
dari tas nya dan dia langsung menembakku didepan semuanya, semua hal telah ku
prediksikan kecuali hal ini karena pikir ku Arya akan mengungkapkannya ditempat
sepi seperti kebanyakan laki-laki lainnya.dan seketika itu juga aku menatap
wajah felish. Dia tersenyum sama seperti yang lain tapi aku tahu senyumannya
itu palsu dan mungkin dibandingkan dengan yang lainnya hanya aku yang menyadari
hal itu. Aku tersenyum kepada Arya, dan dia pikir mungkin aku akan menerimanya
akan tetapi sebelum dia mengeluarkan sepatah kata pun aku berkata kepadanya
“maaf, tapi aku lebih menyukai jika hubungan kita hanya sebatas teman, hanya
itu dan cukup itu”. Seketika suasana menjadi hening, aku bergegas mengambil
tasku dan pergi dari sana tapi sebelum pergi aku pamit pada yang lain. Keesokan
harinya Felish mengajak diriku bicara berdua.
Felish:
Din, kamu kenapa tadi malam menolak Arya, padahal banyak cewe yang mau jadi
pacarnya ?
Dina: Hmm,
kenapa yaa? Karena aku nggk suka dia.
Felish: Hanya
itu alasan kamu menolak dia ?
Dina: Itu
alasan yang paling utama, dan sebenarnya ada alasan lain. Aku tahu kamu suka
Arya kan? Dan karena aku nggk ada perasaan sama Arya, aku nggk mau memberi Arya
harapan yang pada akhirnya aku akan menyakiti dia sekaligus kamu.
Felish:
Kamu tahu dari mana kalau aku suka sama Arya, perasaan aku nggak pernah ngomong
sama siapa-siapa?
Dina: Yaa
ampun Fel, aku bisa ngeliat dari cara kamu menatap Arya. Kita udah kenal selama
setahun jadi aku tahu kapan kamu suka sama orang, kapan juga kamu benci sama
orang.
Felish:
Anu, Din jangan bilang siapa-siapa yaa? Please. Dan sejujurnya aku senang
karena yang tahu itu kamu bukan dua nenek lampir Maria sama Sarah.
Dina: Iya-iya.
Sekarang karena kisah ku dan Arya sudah berakhir ini mungkin adalah
kesempatanmu untuk menciptakan kisahmu dan juga Arya. Good luck yaa my best
friend.
Felish:
haha, kisah apa sih Din. Kisah horror. Hahaha.
Hari ini
aku benar-benar sial ketika sudah sampai dirumah aku baru sadar kalau buku
matematika ku tertinggal di sekolah, terpaksa aku harus kembali ke sekolah
untuk mengambilnya karena ada tugas yang harus ku kerjakan. Karena tidak ada
mobil dirumah jadi aku memutuskan untuk mengendarai motor kesana. Sesampai di
sekolah aku berlari menuju ruang kelas dan sesampainya disana ternyata pintu
kelas ku telah terkunci. Dengan wajah kesal aku mencari penjaga sekolah dan
beberapa saat kemudian aku bertabrakan dengan seseeorang, kami berdua jatuh
bersamaan. Aku melampiaskan semua rasa kesalku kepadanya agar perasaanku
menjadi lebih tenang, ku pikir dia akan balik memarahiku atau dia malah
terpesona padaku tapi ia malah berdiri lalu mengucapkan maaf dan membalikan
tubuhnya, sebelum dia sempat melangkah pergi aku memegang seragam belakangnya
dan ia menoleh serta bertanya kepada ku. “Ada apa” Tanya dirinya. Disatu sisi
sebenarnya aku gengsi untuk minta maaf, akan tetapi disisi lain mungkin dia
bisa membantuku untuk mencari penjaga sekolah, bagiku dia pria aneh karena
biasanya ketika seorang pria menatapku mereka akan terpesona tapi dia berbeda
dengan pria lainnya. Aku meminta maaf kepadanya karena kejadian tadi mungkin
karena kesalahanku dan aku meminta dirinya untuk membantuku mencari penjaga
sekolah. Dan dia cuma tersenyum tipis tapi ia mau membantuku. Sekitar setengah
jam kami mengelilingi sekolah akhirnya kami menemukan sang penjaga, sebelum aku
mengucapkan terima kasih dia telah pergi lebih dulu.
Malam hari
aku baru tersadar bahwa aku belum sempat memperkenalkan diri kepadanya, tapi
mungkin pertemuan kami itu hanya sebuah pertemuan biasa. Walaupun dia mungkin
adalah pria pertama yang menatapku dengan tatapan berbeda, tatapan nya hanya
tatapan biasa seperti dia melihat seorang siswi pada umumnya tidak seperti
tatapan para pria lainnya yang menatapku dengan tatapan penuh makna akibat
mereka terpesona akan diriku. Semakin aku memikirkannya semakin aku merasa
bingung tentang dirinya, malam ini yang ku pikirkan hanya tentang dirinya.
Seorang pria aneh yang secara kebetulan bertemu denganku serta ia menatapku
dengan tatapan sama ketika dia melihat siswi lainnya dan yang lebih penting aku
tidak tahu namanya sama sekali.
Hari kamis
adalah hari dimana aku sebenarnya malas untuk masuk sekolah dikarenakan hari
ini ada mata pelajaran guru killer yaitu ibu Dini. Jika kalian bertanya mengapa
beliau mendapat julukan killer itu karena setiap tinggal 15 menit sebelum mata
pelajaran selesai beliau selalu memberikan kuis kepada siswanya. Pelajaran bu
Dini mungkin telah selesai tapi pertanyaan soal kuis tadi masih
terbayang-bayang di kepalaku. Aku dan Felish pergi ke kantin sekolah dalam
perjalanan kesana tidak sengaja aku melihat pria yang waktu itu menolongku, aku
pergi meninggalkan Felish dan mendatanginya dan dia pun terkejut melihatku
serta tatapannya sedikit berbeda dengan yang waku itu. Tatapan kali ini dia
seperti melihat mahluk aneh berdiri di hadapan dirinya, kata-kata ku
membuyarkan tatapannya.
Aku: Hay,
masih ingat aku nggak? (tanyaku)
Dia: Oh
iya. Yang marah-marah waktu itukan? Balasnya
Aku:
(Buset ini orang kenapa ingat nya saat moment gue marah-marah). (kataku dalam
hati). Heh, iya. Masih ingat toh.
Dia: Ada
perlu apa?
Aku: Nggak
kan waktu itu kita belum sempat berkenalan dan aku juga mau mengucapkan terima
kasih.
Dia: Iya
sama-sama. Namaku Giovani, tapi kamu bisa panggil aku Gio.
Aku: Kalau
aku Dina.
Belum
sempat kami mengobrol panjang lebar datanglah seorang nenek lampir dari
belakang dan ia adalah Felish. Gio langsung memutuskan dirinya untuk pergi,
Felish menggodaku dengan kata-katanya “Seorang princess minta berkenalan lebih
dulu dari pada si cowo, ini mungkin bisa masuk dalam keajaiban dunia” tuturnya.
Diriku membalas “Kamu kira aku bidadari jatuh dari khayangan sampai jadi keajaiban
dunia. Dia tidak ada henti-henti nya terus menggodaku walaupun kami sudah
berada dikantin. Aku semakin penasaran dengan Gio, apakah aku jatuh cinta atau
hanya sekedar tertarik oleh dirinya itulah hal ku pikirkan dari sekolah hingga
pulang kerumah.
Aku
bukanlah orang yang percaya dengan kata kebetulan, aku lebih percaya dengan
pikiran yang rasional yaitu sesuatu hal terjadi pasti karena sebuah alasan.
Bagi diriku yang belum pernah merasakan jatuh cinta hanya akan memikirkan
tentang kebahagian. Tapi aku lupa bahwa dalam cinta juga ada kesedihan.
Minggu
sore adalah waktu favoritku untuk jogging di taman kota, udara yang sejuk dan
pemandangan anak-anak yang berkumpul adalah rutinitas di minggu sore. Aku
memutuskan untuk mengelilingi taman beberapa kali sampai ketika aku menabrak
seseorang di depanku dia adalah Gio. Gio menatapku lama dan berkata.
Gio: Kamu
lagi?. Ini untuk yang kedua kalinya pertemuan kita dimulai ketika kamu menabrak
ku.
Aku: Hehe.
(aku lebih memilih menunjukan wajah lugu tanpa dosaku).
Gio: Idih
malah senyum lagi.
Aku:
Maaf-maaf kan aku nggak sengaja. Kamu nggak kenapa-kenapa kan?
Gio: Saat
ini belum mungkin nanti untuk yang ketiga kalinya kamu menabrak diriku.
Aku: Yaa
ampun. Sekali lagi maaf deh.
Gio:
Sendiri, dimana para pengawalmu?
Aku:
Maksudmu Felish dan kawan-kawan, kalau mereka tidak terlalu suka olahraga. Dan
mereka bukan pengawalku tapi teman-teman ku.
Kami
mengobrol sepanjang waktu sekaligus jogging. Dalam benakku Gio mungkin adalah
tipe lelaki cuek dan sulit untuk di dekati akan tetapi prediksiku sepertinya
meleset. Dia lelaki yang mudah bergaul, baik, dan mungkin sedikit aneh.
Berbagai hal kami perbincangkan dari kegiatan sekolah hingga luar sekolah, kami
bercanda dan saling bertukar informasi. Waktu telah menunjukan pukul 18.10 dan
sepertinya kami harus berpisah tapi sebelum berpisah aku memutuskan untuk
meminta pin BBM nya, dia memberikannya sekaligus dengan nomor handphone.
Sesampai dirumah ayah menatapku dan aku hanya pura-pura tidak tahu walaupun
yang sebenarnya aku tahu bahwa aku pulang kemalaman saat jogging.
(y)
BalasHapus